Hai sahabat ....
Saat penulis membuat artikel ini, suasana memang sedikit panas karena beberapa hari sebelumnya terjadi demo disertai tindakan anarkis yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Demo itu terjadi diawali dengan tindakan rasisme yang dilakukan beberapa oknum atau sekelompok orang terhadap sejumlah mahasiswa asal Papua di beberapa wilayah di Indonesia. Namun penulis di sini tidak membahas soal demo tersebut namun lebih kepada usaha untuk mengingatkan kita semua kalau ada Pahlawan Nasional yang berasal dari Papua yang banyak sekali jasanya bagi negara Indonesia yang kita cinta ini. Dia adalah Frans Kaisiepo.
Frans Kaisiepo
Mungkin sahabat pernah melihat Frans Kaisiepo di lembar uang sepuluh ribu rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tahun 2016. Ketika melihat Namanya di Lembar Uang 10.000 Rupiah keluaran Tahun 2016, tidak banyak Orang yang mengetahui siapakah Frans Kaisiepo dan apa Jasa-jasanya untuk Indonesia. Yang membuat lebih sedih lagi adalah ketika ada segelintir orang yang juga melontarkan hinaan pada fotonya yang terpampang di lembaran uang tersebut.
Frans Kaisiepo adalah Seorang Pahlawan Nasional yang memiliki peran penting dalam penyatuan Papua dengan Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 10 Oktober 1921 di Biak, Papua. Beliau adalah orang pertama yang mengibarkan Bendera Merah Putih di Irian Barat dengan penuh kebanggaan. Ayahnya adalah Seorang Kepala Suku Biak Numfor dan seorang Pandai Besi. Ibunya meninggal ketika Frans masih berusia Dua Tahun. Frans pun kemudian dititipkan pada Bibinya sehingga ia tumbuh besar dengan Sepupunya, Markus. Meskipun Frans besar di Kampung Wardo yang terdapat di pedalaman Biak, tapi ia beruntung dapat menempuh Pendidikan Sekolah dengan sistem Pendidikan Belanda.
Pada tahun 1928–1931, Frans bersekolah di Sekolah Rakyat (SR). Setelah lulus dari SR ia melanjutkan ke LVVS di Korido hingga Tahun 1934 kemudian ke Sekolah Guru Normalis di Manokwari. Kemudian Frans Kaisiepo mengikuti sebuah kursus kilat Sekolah Pamong Praja di Kota Nica, Hollandia (sekarang Namanya Kampung Harapan Jaya) selama Bulan Maret hingga Agustus 1945. Di Sekolah ini, Frans diajar oleh Soegoro Atmoprasodjo. Seorang guru dari Jawa yang sangat dipercaya oleh Belanda tapi justru mengajarkan tentang nasionalisme pada murid-muridnya.
Soegoro Atmoprasodjo sendiri sebenarnya adalah Aktivis dari Partai Indonesia (Partindo) dan Pengajar di Taman Siswa bentukan Ki Hadjar Dewantara. Pada Tahun 1935 ia dibuang ke Boven Digoel Papua karena dituduh terlibat dalam pemberontakan terhadap Belanda. Pertemuan dengan Soegoro semakin menambah rasa Cinta Frans Kaisiepo pada Indonesia. Dari Soegoro lah Frans dan Teman-teman di Sekolah mengenal Lagu Indonesia Raya.