Selamat weekend ....
Kalian tentunya sudah tahu kan kalau sebagian wilayah Indonesia pernah juga dijajah oleh bangsa Inggris selama lebih kurang 5 tahun (1811 - 1816). Apakah kalian sudah pernah membaca tentang sejarah kedatangan Inggris ke Indonesia? Nah kalau belum, yuk simak artikelnya di bawah ini.
Sejarah Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia
1. Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama. Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah.
Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar. Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda dan Portugis. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
Pada tahun 1610, gubernur Jendral Belanda pertama, Bolt, tiba di Bantam. Ia berpendapat bahwa daerah tersebut tidak cukup baikk untuk dijadikan tempat pemukiman tetap sehingga ia pindah ke Jakarta. Pada tanggal 4 Maret 1621, nama Batavia diganti oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi Jakarta (Jakarta Sekarang), yang sejak saat itu menjadi ibukota Hindia Timur.
Pada tahun 1811, tentara Inggris melancarkan serangan terhadap daerah-daerah yang diduduki oleh Belanda, termasuk Hindia Timur atau yang lebih dikenal dengan Hindia-Belanda (sekarang Indonesia). Pasukan Inggris tidak mengalami kesulitan menghadapi pasukan Belanda. Selain itu, pasukan Belanda juga mendapat serangan dari pasukan raja-raja di Jawa. Serangan itu menyebabkan Belanda akhirnya menyerah kepada Inggris. Oleh sebab itu, sejak tahun 1811 Hindia Timur menjadi jajahan Inggris dengan kongsi dagang EIC nya yang dipimpin oleh Gubernur-Jenderal Lord Minto. Lord Minto kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai pemegang kekuasaan atas Pulau Jawa dengan pangkat Letnan Gubernur Jenderal.
Pada tanggal 8 Agustus 1811, mereka berhasil menguasai Batavia. Jenderal Jumel yang ditugaskan mempertahankan Batavia terpaksa mundur hingga di garis pertahanan Meester Cornelis. Kemudian pimpinan pertahanan diambil oleh Jansens. Ia dihimbau agar Pulau Jawa diserahkan kepada Inggris tetapi ditolak. Segera terjadi pertempuran yang hebat di Meester Cornelis selama 16 hari. Tentara Belanda ternyata tidak sanggup bertahan sehingga Jansens mundur ke arah Bogor. Dari Bogor ia berangkat ke Semarang dengan harapan dapat mempertahankan Pulau Jawa dari sana. Ia juga mengharapkan raja-raja yang berkuasa dapat memberikan bantuan, tetapi hal itu tidak terpenuhi.
Pada tanggal 18 September 1811, Jansens terpaksa menyerahkan kepada Inggris. Ia menandatangi Perjanjian Tuntang yang isinya sebagai berikut.
a) Pulau Jawa, Palembang, dan Makasar diserahkan kepada Inggris
b) Semua anggota tentara Belanda ditahan
c) Pemerintah Inggris tidak mengakui utang-utang yang dibuat oleh pemerintah Belanda selama masa pemerintahan Daendels
d) Pegawai-pegawai pemerintah yang masih ingin bekerja di bawah pemerintah Inggris boleh tetap memegang jabatannya.
Dengan adanya Perjanjian Tutang itu, sejak tanggal 17 September 1811 Belanda tidak memiliki kekuasaan di Indonesia. Lord Minto sebagai Wakil Pemerintah Inggris di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Hindia Belanda. Wakilnya adalah Robert Rallo Gillespie, seorang Kolonel yang kemudian dinaikkan pangkatnya pada tahun 1812 menjadi Mayor Jendera.
Thomas Stamford Raffles (1781 – 1826) adalah orang Inggris dan singapura menyebutnya dengan panggilan terhormat, Sir. Padahal, sosok yang paling banyak meninggalkan nama ilmiah pada kekayaan flora dan fauna di Hindia – Belanda ini, tidak lahir dari lingkungan istana. Dia bukan bangsawan atau kaum feodal yang berhak menyandang gelar “Tuan”. Bayi yang diberi nama Thomas Raffles tersebut lahir nun jauh di lepas pantai Jamaika, dekat Port Morant, di atas geladak Kapal Ann, pada 6 Juli 1781.
Ayahnya Benjamin Raffles (1739 – 1812), pada awalnya hanyalah seorang tukang masak disebuah kapal hingga akhirnya menjadi kapten. Ibu nya adalah Anne Lyde Linderman (1752 – 1824), putri pasangan Linderman (1721 – 1791) dan Susannah Leigh (1725 – 1754). Krisis ekonomi yang melanda Inggris pada masa itu menyebabkaan keluarga kapten Benjamin Raflees menghadapi kesulitan ekonomi yang cukup berat. Situasi ekonomi yang tidak menentu ini, memaksa Thomas Raffles muda untuk mencari pekerjaan guna menyongkong ekonomi kelurganya. Ditunjang pendidikan formal seadanya, Thomas Raffles beruntung taktala ayah dari seorang sahabatnya member pekerjaan pertama sebagai juru tulis disebuah perusahaan Hindia – Timur (1759). Raffles dikenal sebai pemuda yang tekun dan rajin belajar. Berkat keuletan dan kemauannya yang kerja keras, ia kemudian di promosikan menjadi Asisten sekertaris di perusahaan yang sama untuk wilayah kepulauan Melayu.
Thomas Raffles baru mencantumkan nama “Stamford” di tengah namanya dikemudian hari, yaitu ketika sosok berkarakter penuh warna ini berkembang menjadi pribadi yang sangat dihormati di kawasan laut Cina Selatan. Sejarah hidup Thomas Stamford Raffles dimulai ketika dirinya dikirim ke Pulau Penang, Malaysia pada 1804. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles disertakan dalam rombongan ekspedisi ke tanah Jawa sebagai Letnan Gubernur (Lieutenant Governor of Java), di bawah perintah Gubernur Jendral (di India) Sir Gilbert Elliot Murray-Kynyn-mond (1751 – 1841) atau yang lebih di kenal dengan nama Lord Minto. Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Jawa sampai 1816.
Pada 1818, Thomas Stamford Raffles kembali ke timur dan segera di promosikan menjadi gubernur Bengkulu (Bencoolen), yang kemudian di kenal sekarang sebagai pulau Sumatera. Pada masa pemerintahannya di pesisir pantai barat Sumatera itu, Raffles melakukan banyak kegiatan penelitian flora dan fauna, yang baginy asangat menakjubkan. Dia menelusuri hutan di pedalaman Sumatera serta sabagian pulau Jawa bersama para ahli binatang dan botani yang dipekerjakan di luar misi imperialisme dagang yang ditugaskan kerajaan Inggris. Eksotisme Flora dan fauna di tanah Jawa dan Sumatera, telah membuat hatinya tertambat.
Tahun 1819 Raffles menggagas pusat perdagangan di Pulau Singapura dalam kerja sama dengan Tumenggung Sri Maharaja penguasa Singapura. Inggris diizinkan mendirikan koloni di Singapura dengan syarat Inggris melindungi para pedagang Singapura dari Belanda dan Bugis. Raffles bersumpah Singapura akan dijadikan koloni baru yang meskipun kecil, namun akan jauh lebih maju dari Tanah Jawa yang dikuasai Belanda. Sumpah Raffles terwujud. Singapura menjadi pusat perdagangan paling penting di wilayah Hindia Timur, sampai kini.
Thomas Stamford Raffles sangat terpesona oleh keragaman besar dari hewan aneh dan tanaman dari Hindia Timur selama masa jabatannya di sana. Dia segera mempekerjakan ahli zoologi dan botani untuk menemukan semua yang mereka dapat tentang hewan dan tumbuhan di kawasan tersebut dan akan membayar asistennya dari kantongnya sendiri untuk mengumpulkan spesimen. Dia juga diangkat kembali dan menjadi presiden Masyarakat Batavia yang aktif terlibat dalam studi sejarah alam Jawa dan daerah sekitarnya.
2. Tujuan kedatangan bangsa Inggris di Indonesia
Bangsa Inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang bernama East India Company (EIC) bertujuan merebut seluruh kekuasaan Belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara (tidak hanya ternate).
3. Dampak kedatangan bangsa Inggris di Indonesia
Dengan datangnya bangsa Inggris, Inggris membuat kebijakan kebijakan, seperti :
1) Memperbaiki dalam bidang pemerintahan. Caranya :
- Indonesia (pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
- Para bupati diangkat menjadi pegawai negri
- Daerah keratin jogjakarta dan surakarta dipersempit
- Mengurangi kekuasaan raja
- Melaksanakan system perdagangan bebas
- Melaksanakan system sewa tanah / land-rente
- Melanjutkan system perdagangan perkebunan kopi
- Memonopoli perdagangan garam
- Menghapuskan system perbudakan
- Mengurangi pengaruh kekuasaan tradisional
- Serta jasa2 yang di berikan raffles selama memerintah indonesia
- Mendukung lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama bataviaasch genootschop di harmoni
4. Pemerintahan Inggris di Indonesia
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan terbesar di dunia.
5. Kebijakan Pemerintah Kolonial Inggris di Indonesia
Peristiwa Belanda menyerah kepada Inggris melalui Kapitulasi Tuntang (1811), menjadi awal pendudukan kolonial Inggris di Indonesia. Thomas Stamford Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur EIC di Indonesia. Ia memegang pemerintahan selama lima tahun (1811-1816) dengan membawa perubahan berasas liberal.
Pendudukan Inggris atas wilayah Indonesia tidak berbeda dengan penjajahan bangsa Eropa lainnya. Raffles banyak mengadakan perubahan-perubahan, baik di bidang ekonomi maupun pemerintahan. Raffles bermaksud menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan oleh Inggris di India. Kebijakan Daendels yang dikenal dengan nama Contingenten diganti dengan sistem sewa tanah (Landrent). Sistem sewa tanah disebut juga sistem pajak tanah. Rakyat atau para petani harus membayar pajak sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap milik negara. Berikut ini pokok-pokok sistem Landrent.
a. Penyerahan wajib dan wajib kerja dihapuskan.
b. Hasil pertanian dipungut langsung oleh pemerintah tanpa perantara bupati.
c. Rakyat harus menyewa tanah dan membayar pajak kepada pemerintah sebagai pemilik tanah.
Pemerintahan Raffles didasarkan atas prinsip-prinsip liberal yang hendak mewujudkan kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan mencakup kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan. Kesejahteraan hendak dicapainya dengan memberikan kebebasan dan jaminan hukum kepada rakyat sehingga tidak menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa.
Dalam pelaksanaannya, sistem Landrent di Indonesia mengalami kegagalan, karena:
a. sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang luasnya berbeda
b. sulit menentukan luas sempit dan tingkat kesuburan tanah
c. terbatasnya jumlah pegawai
Tindakan yang dilakukan oleh Raffles berikutnya adalah membagi wilayah Jawa menjadi 16 daerah karesidenan. Hal ini mengandung maksud untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasai. Setiap karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu oleh asisten residen. Di samping itu Thomas Stamford Raffles juga memberi sumbangan positif bagi Indonesia yaitu:
a. membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pengadilan Inggris
b. menulis buku yang berjudul History of Java
c. menemukan bunga Rafflesia-arnoldii
d. merintis adanya Kebun Raya Bogor
Perubahan politik yang terjadi di Eropa mengakhiri pemerintahan Raffles di Indonesia. Pada tahun 1814, Napoleon Bonaparte akhirnya menyerah kepada Inggris. Belanda lepas dari kendali Prancis. Hubungan antara Belanda dan Inggris sebenarnya akur, dan mereka mengadakan pertemuan di London, Inggris.
Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang tertuang dalam Convention of London 1814. Isinya Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dulu direbut Inggris. Status Indonesia dikembalikan sebagaimana dulu sebelum perang, yaitu di bawah kekuasaan Belanda.
Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Raja Muda (Viceroy) Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur (Liuetenant Governor) di Jawa dan bawahannya (Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan). Hal itu berarti bahwa gubernur jenderal tetap berpusat di Calcutta, India. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh di Indonesia.
6. Tokoh-Tokoh Asal Inggris
1. Sir Francis Drake
Pada tahun 1577 Drake berangkat berlayar dari Inggris ke arah Barat. Dalam pelayarannya, rombongan ini memborong rempah-rempah di Ternate.
Setelah mendapatkan banyak rempah-rempah Drake pulang ke negerinya dan sampai di Inggris pada tahun
1580. Pelayaran Drake ini belum memiliki arti penting secara ekonomis dan politis.
2. Pilgrim Fathers
Pada tahun 1607 rombongan yang menamakan diri Pilgrim Fathers melakukan pelayaran ke arah Barat. Kapal yang bernama May Flower berhasil membawa rombongan ini mendarat di Amerika Utara.
3. Sir James Lancester dan George Raymond
Pada pelayaran tahun 1591, Lancester berhasil mengadakan pelayaran sampai ke Aceh dan Penang, sampai di Inggris pada tahun 1594.
Pada bulan Juni 1602, Lancester dan maskapai perdagangan Inggris (EIC) berhasil tiba di Aceh dan terus menuju Banten. Di Banten, dia mendapatkan izin dan mendirikan kantor dagang.
7. Pengaruh Kedatangan Bangsa Inggris
Bidang Birokrasi Pemerintahan
1. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan, yang terdiri atas beberapa distrik. Setiap distrik terdapat beberapa divisi (kecamatan) yang merupakan kumpulan dari desa-desa.
2. Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak barat.
3. Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya sebagai kepala pribumi secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusat.
Bidang Perekonomian dan Keuangan
1. Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan pemerintah hanya berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor yang paling menguntungkan.
2. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) karena dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.
3. Menetapkan sistem sewa tanah (landrent). Sistem ini didasarkan pada anggapan bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik tanah dan para petani dianggap sebagai penyewa (tenant) tanah pemerintah. Oleh karena itu, para petani diwajibkan membayar pajak atas penggunaan tanah pemerintah.
4. Pemungutan pajak pada mulanya secara perorangan. Namun, karena petugas tidak cukup akhirnya dipungut per desa. Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu kepala desa tanpa melalui bupati.
Bidang Pertanahan
Sistem sewa tanah tersebut disebut Lnadrent atau sewa tanah. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain:
• Petani harusmenyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut.
• Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.
• Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.
Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau jawa, kecuali daerah-daerah sekitar Batavia dan parahyangan. Hal itu disebabkan daerah-daerah Batavia pada umumnya telah menjadi milik swasta dan daerah-daerah sekitar Parahyangan merupakan daerah wajib tanam kopi yang memberikan keuntungan yang besar kepada pemerintah.Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.
Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan Raffles lebih baik daripada yang dilaksanakan oleh Daendels. Apabila Daendels berorientasi pada warna kulit (ras), Raffles lebih berorientasi pada besar-kecilnya kesalahan. Menurut Raffles, pengadilan merupakan benteng untuk memperoleh keadilan. Oleh karena itu, harus ada benteng yang sama bagi setiap warga negara.
Bidang Sosial
1. Penghapusan kerja rodi (kerja paksa).
2. Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya beliau melanggar undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan. Hal itu terbukti dengan pengiriman kuli-kuli dari Jawa ke Banjarmasin untuk membantu perusahaan temannya, Alexander Hare, yang sedang mengalami kekurangan tenaga kerja.
3. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan harimau.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi ilmu pengetahuan, antara lain berikut ini.
• Ditulisnya buku berjudul History of Java. Dalam menulis buku tersebut, Raffles dibantu oleh juru bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep, Notokusumo II.
• Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk mengadakan penelitian yang menghasilkan buku berjudul History of the East Indian Archipelago, diterbitkan dalam tida jilid di Edinburgh, Scotlandia pada tahun 1820.
• Raffles juga aktif dalam mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
• Ditemukannya bunga bangkai yang akhirnya diberi nama Rafflesia Arnoldi.
• Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
• Selama lima tahun Raffles berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali persengketaan dengan pribumi. Hal ini terjadi di Palembang (1811), Yogyakarta (1812), Banten (1813), dan Surakarta (1815).
Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekeuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan di keresidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd. Rasa kekesalan yang dilampiaskan Sultan diterima oleh Crawfurd. Pada kunjungan pertama yang dilakukan Raffles ke Jawa Tengah pada Desember 1811 yang disana ia menandatangani perjanjian-perjanjian dengan para penguasa. Memperoleh kesepakatan bahwa ia akan membatalkan perampasan-perampasan wilayah yang dilakukan oleh Daendels.
Sikap Raffles banyak menyesuaikan dengan keadaan dan diaanggap lemah oleh Sultan. Sementara itu terjadi surar-menyurat secara rahasia oleh Sunan dan Sultan untuk melaksanakan penyerangan terhadap pemerintah Inggris. Namun kabar tersebut terdengar oleh Raffles dan dengan segera ia mempersiapkan pasukannya. Dan pada bulan April 1812 ekspedisi terhadap Sultan dilakukan. Sultan yang menghadapi pasukan Inggris tidak mendapat bala bantuan dari Surakarta.
Seperti yang tertulis dalam surat rahasia bahwa suarakarta akan membantu Yogyakarta apabila bersedia melakukan perlawanan terhadap Inggris. Hal tersebut akhirnya diketahui oleh Raffles dan kraton Yogyakarta harus membayhar ganti rugi yang dialami oleh Inggris dan jumlahnya lebih besar dari apa yang ditanggung oleh Kraton Surakarta.
Tanggal 11 Agustus 1812 diadakan perjanjian atas rampasan daerah mancanegara dan daerah takluk Kedu. Dan ulah yang dibuat Raffles lainnya adalah pemecahan kesetiaan terhadap Kraton Yogyakarta yaitu dengan mengangkat Natakusuma sebagai Paku Alam yang bertanggungjawab kepada pemerintah Eropa. Kesusahan yang terjadi di Yogyakarta masih berlangsung sanpai Sultan HB III. Sultan yang baru ini belum bisa mengembalikan keadaan kraton sepenuhnya karena secara tiba-tiba ia wafat. Dan kedudukan selanjutnya digantikan oleh anaknya yang masih muda. Karena anaknya belum mampu untuk memegang kekuasaan maka kekuasaan dipegang oleh Paku Alam. Namun kondisi tersebut disalahgunakan olehnya dengan cara memperkaya diri. Kemudian setelah diketahui kondisi yang demikian maka kekuasaan dipegang Ratu Ibu dan Patih Danurejo IV.
Kondisi yang terjadi di kraton mendapat banyak kritikan salah satunya adalah Diponegoro seorang pangeran dari selir Sultan HB III. Ia jarang sekali terlihat di kraton namun ia hidup di desa Tegalrejo bersama pamannya. Dan ia hanya datang ke kraton hanya pada saat gerebeg saja. Pada permasalahan-permasalahan yang terjadi di kraton Diponegoro selalu turut serta dan ia pun tidak suka cara yang dilakukan oleh patih Danurejo. Apa yang dilakukannya selalu berlawanan dengan apa yang seharusnya terjadi dalam pemerintahan Kraton.
Pemberontakan sepoy Tahun 1815 terjadi pada saat akhir kekuasaan Inggris di Pulau Jawa. Pemerontakan itu dipicu oleh adanya persekongkolan yang terjadi diantara pasukan Sepoy dan Pakubuwono IV. Pasukan sepoy adalah pasukan yang dibawa oleh Inggris dari india ketika Belanda dikalahkan oleh perancis untuk membersihkan tanah jawa dari orang-orang Belanda. Tugas dari pasukan sepoy hanyalah sebagai pasukan sukarela saja yang ditempatkan di keresidenan jawa.
9. Berakhirnya Kekuasaan Thomas S. Raffles
Berakhirnya pemerintah Raffles di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of London pada tahun 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut.
1) Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
2) Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris.
3) Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya.
Raffles yang sudah terlanjur tertarik kepada Indonesia sangat menyesalkan lahirnya Convention of London. Akan tetapi, Raffles cukup senang karena bukan ia yang harus menyerahkan kekuasaan kepada Belanda, melainkan penggantinya yaitu John Fendall, yang berkuasa hanya lima hari. Raffles kemudian diangkat menjadi gubernur di Bengkulu yang meliputi wilayah Bangka dan Belitung. Karena pemerintahan Raffles berada di antara dua masa penjajahan Belanda, pemerintahan Inggris itu disebut sebagai masa interregnum (masa sisipan).
Bagi kalian yang memerlukan file Ms. Word artikel di atas, silahkan download di sini Sejarah Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia.
Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat bagi kita semua anak bangsa. Jangan lupa bantu support kami dengan Follow atau Sukai blog ini. Terima kasih :)
Sumber :
https://id.wikipedia.org
Artikel Terkait
Seperti yang kita ketahui semua bahwa Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945.
Frans Kaisiepo adalah Seorang Pahlawan Nasional yang memiliki peran penting dalam penyatuan Papua dengan Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 10 Oktober 1921 di Biak, Papua. Beliau adalah orang pertama yang mengibarkan Bendera Merah Putih di Irian Barat.
No comments:
Post a Comment