Friday 28 February 2020

Kehidupan pada Masa Prasejarah di Indonesia


Hai, adik-adik ....

Kali ini kakak akan berbagi artikel tentang Kehidupan pada Masa Pra Aksara (Prasejarah) di Indonesia. Yuk simak artikelnya di bawah ini.

Kehidupan pada Masa Prasejarah di Indonesia


Kehidupan pada Masa Prasejarah di Indonesia

Mempelajari bagaimana kehidupan di masa lalu merupakan kegiatan yang amat menarik. Kahidupan manusia dari zaman ke zaman senantiasa mengalami perkembangan. Kehidupan manusia pada zaman pra aksara atau zaman prasejarah dapat dipelajari melalui berbagai temuan fosil dan artefak sisa kehidupan dimasa lalu. Kehidupan manusia purba adalah kehidupan yang amat sederhana. Manusia purba hidup dan memenuhi kebutuhanya dengan cara berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat ketempat lain (nomaden). Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan sehingga masa ini disebut dengan masa pra aksara. Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi telah banyak sekali mengalami perubahan dan perkembangan. Diperkirakan bumi saat ini telah berusia kurang lebih 2.500 juta tahun. Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.


1. Zaman Arkeozoikum.merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi. 

2. Zaman Paleozoikum disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat derastis di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertama kali diperkirakan muncul, yaitu makhluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri, serta sejenis amfibi.

3. Zaman Mesozoikum disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar (dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.

4. Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Kahidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam. Zaman ini di bagi menjadi beberapa: a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah memeiliki berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet. b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu: 1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. 2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens, merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.

Lalu bagaimana kehidupan zaman pra aksara di Indonesia? Penelitian terhadap manusia purba di Indonesia terbagi dalam 3 tahapan yaitu pada tahun 1889 s/d 1909, tahun 1931 s/d 1941, dan tahun 1952 sampai sekarang. Pada penelitian tahap I yaitu antara tahun 1889 sampai dengan 1909 yang dilakukan oleh Dr. Eugene Dubois. Ia menduga bahwa manusia purba tempat hidupnya pasti di daerah tropis. Dari hasil penelitiannya ia menemukan fosil yang berupa sepotong tulang kobi di Trinil dekat Ngawi yang dapat menggambarkan bahwa dulunya adaah berjalan tegak. Fosil tersebut adalah merupakan Pithecanthropus Erectus. Semua temuan dari Dr Dubois mengenai manusia purba di wilyah Indonesia berupa fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha dan juga tulang kering. Pada zaman sekarang ini, juga ditemukan fosil dari manusia Wajak yang terdapat di daerah Kediri Jawa Timur dan juga temuan atas manusia purba di Kedungtrubus. Pada penelitian di tahap II antara tahun 1931-1941 penelitian dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswald. Para ahli tersebut menemukan tengkorak dan juga tulang kering dari Pithecanthropus Soloensis yang terdapat di Ngandong Kabupaten Blora. Pada tahun 1936 Tjokrohandojo juga menemukan fosil yang berupa tengkorak anak-anak di utara Mojokerto. Pada tahun antara 1936-1941, Von Koeningswald mendapat temuan berupa fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di daerah Sangiran, Surakarta. Pada penelitian tahap yang III, penemuanya sebagian besar di daerah Sangiran yang berupa bagian-bagian tubuh dari manusia purba Pithecanthropus yang sebelumnya belum pernah ditemukan, seperti tulang muka dan juga dasar tengkorak.

Ada beberapa jenis manusia purba yang ada di Indonesia yaitu:

a) Meganthropus.
Manusia purba ini (Meganthropus Palaeojavanicus) merupakan manusia purba paling primitif yang ada di wilayah Indonesia yaitu yang ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan tahun 1941 di formasi Pucangan, Sangiran. Meganthropus Paleojavanicus mempunyai arti manusia besar dari Jawa.Fosil dari manusia purba ini berwujud rahang manusia purba yang mempunyai ukuran besar, dan dari hasil penelitian tarik kesimpulan bahwa jenis manusia purba ini meiliki tubuh yang sangat besar. Fragmen rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di tahun 1952 pada lapisan terbawah formasi Kabuh.

b) Pithecanthropus Erectus.
Fosil dari Pithecanthropus adalah fosil manusia purba yang terbanyak ditemukan di wilayah Indonesia, yaitu terdapat di Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Mojokerto, Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk dari tubuh Pithecanthropus berbeda dengan Meganthropus karena memiliki postur yang kurang tegap. Untuk tinggi badannya sekitar 165-180 cm. Pada saat fosil dari Pithecanthropus saling dihubungkan akan membentuk kerangka yang menyerupai kera. Oleh sebab itu Pithecanthropus Erectus memiliki arti manusia kera yang berjalan tegak.

c) Homo
Van Rietschoten pada tahun 1889 menemukan Homo Sapiens Wajak I yaitu ditemukan dekat Campur darat Tulungagung Jawa Timur yang berwujud tengkorak, termasuk juga fragmen rahang bawah, dan juga beberapa buah ruas leher. Dan temuan tersebut diteliti pertama kali oleh Dubois. Pada tahun 1890 Homo Sapiens Wajak II ditemukan oleh Dubois di tempat yang sama yang berwujud fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan juga rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.

- Teknologi

Teknologi yang dipakai dalam masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hanya mengandalkan dari segi kepraktisan sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, tapi seiring waktu mulai ada penyempurnaan bentuk.

Di Indonesia terdapat 2 jenis teknik utama yang meliputi teknik pembuatan perkakas batu yang dikenal sebagai tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Di perkembangan selanjutnya ditemukan alat-alat yang terbuat dari tulang dan juga tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai perkakas zaman pra sejarah, yaitu pahat genggam, proto kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak dan kapak genggam.

Kapak perimbas tidak mempunyai tangkai dan cara penggunaannya adalah dengan cara digenggam. Kapak penetak mempunyai bentuk yang mirip dengan kapak perimbas namun lebih besar dan lebih kasar yang mempunyai fungsi untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak genggam mempunyai bentuk yang mirip dengan kapak perimbas, namun bentuknya lebih kecil dan belum diasah. Pahat genggam mempunyai bentuk yang lebih kecil dari pada kapak genggam yang berfungsi sebagai alat untuk menggemburkan tanah dan untuk mencari ubi-ubian. Alat serpihmempunyai bentuk yang sederhana dan diperikirakan berfungsi sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk.

- Kehidupan Sosial

Dari Pithecanthropus sampai dengan Homo Sapiens dari Wajak sangat tergantung sekali kehidupannya dengan kondisi alam yaitu daerah yang banyak terdapat makanan dan sumber air dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Cara hidup mereka adalah dengan cara berkelompok yang masing-masing memiliki tugas nasing-masing (terdapat pembagian tugas), untuk yang laki-laki bertugas untuk berburu dan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan juga hewan-hewan kecil. Mereka juga akan melakukan bekerjasama dalam hal untuk menanggulangi serangan binatang buas atau apabila terjadi bencana alam. Berikut perkembangan kehidupan manusia purba :

1) Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat awal/sederhana
Manusia purba pada masa berburu dan meramu tingkat awal, hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali diri untuk menghadapi lingkungan sekitarnya. Kelompok berburu tersusun atas keluarga kecil. Pihak laki-laki melakukan perburuan, sedangkan perempuan mengumpulkan bahan makanan (tumbuh-tumbuhan) dan mengurus anak.

Ciri-ciri Kehidupan Masa berburu dan meramu tingkat Awal/sederhana
  • Belum mengenal bercocok tanam
  • Kebutuhan hidup tergantung pada alam
  • Alat kebutuhan terbuat dari batu yang masih kasar (belum dihaluskan)
  • Hidupnya berkelompok dan nomaden (selalu berpindah pindah)

2) Masa berburu dan meramu tingkat lanjut
Pada masa ini pengetahuan manusia purba mulai meningkat dengan mampu memimikirkan cara mengawetkan makanan yang mereka kumpulkan supaya masih layak untuk dikonsumsi
Ciri-cirinya:
  • Menemukan api, ini merupakan penemuan penting pada masa berburu-meramu tingkat lanjut, dengan api mereka lebih dapat bertahan terhadap cuaca dingin dan mulai mengenal cara memasak makanan.
  • Naluri melindungi diri dari binatang buas dan dari fenomena alam seperti hujan, petir, banjir, dan gunung meletus, dengan cara mencari tempat berlindung di gua-gua atau di atas pohon
  • Menangkap ikan dengan cara yang sederhana
  • Memakan kerang (bagi mereka yang hidup di pantai)
  • Semi-sedenter, artinya tinggal cukup lama di suatu tempat
  • Pembagian kerja; laki-laki berburu, dan perempuan mengmpulkan makanan dan mengurus anak

3) Masa bercocok tanam (Food Producing)
Kehidupan Bermukin dan Berladang,setelah manusia bertempat tinggal menetap dan bermukim, mereka mengenal bercocok tanam.
Ciri-ciri masa bercocok tanam :
  • Alat-alat batu yang digunakan umumnya sudah diupam hingga halus
  • Masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu tempat.
  • Telah terbentuk desa-desa kecil semacam pedukuhan.
  • Kegiatan bercocok tanam telah menghasilkan keladi, sukun, pisang, durian, manggis, rambutan, duku, salak dan sebagainya.
  • Mengenal sistem barter (tukar menukar barang dengan barang).
  • Perahu bercadik dan rakit banyak digunakan sebagai sarana lalu lintas air.
  • Mulai berkembangnya kemampuan dalam mengasah peralatan dari batu dan juga mulai mengenal adanya teknologi dalam membuat gerabah. Alat dari batu tersebut adalah mata anak panah, mata tombak, beliung, kapak batu, dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.
  • Alat komunikasi berupa bahasa dianggap sangat penting.
  • Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap roh nenek moyang) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib).

4) Masa Perundagian (Zaman Logam)
Pada zaman logam, masyarakat sudah mengenal pembagian kerja atau dengan kata lain pada masa ini sudah terdapat tingkatan masyarakat. Pada zaman logam terdapat kemampuan dalam membuat logam yang terpengaruh dari kebudayaan Dongson dari Vietnam. Kebudayaan tersebut menyebar di nusantara kira-kira sekitar tahun 500 SM. Cara pembuatan logam dibagi menjadi dua yaitu teknik bivalve (setangkap) dan teknik acireperdue (cetakan lilin). Dengan adanya pemakain logam maka pemakaian kapak batu secara perlahan-lahan dan bertahap mulai tergantikan dengan logam. Tetapi logam tidak mudah menggeser fungsi dari gerabah yang masih tetap bertahan.

Untuk yang memerlukan artikel di atas dalam file Ms. Word, silahkan download di sini Kehidupan pada Masa Pra Aksara (Prasejarah) di Indonesia.

Demikianlah informasinya, semoga bermanfaat bagi kita semua anak bangsa. Jangan lupa bantu support kami dengan Follow atau Sukai blog ini. Terima kasih :)


Artikel Pilihan





Video Pilihan


 

 
Semoga bermanfaat, jangan lupa support kami dengan cara Follow atau Ikuti blog ini.
Terima kasih :)

No comments:

Post a Comment