Hai sahabat ....
Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan tokoh pewayangan Petruk, dan kita juga pasti tahu dengan boneka kayu Pinokio. Petruk dan Pinokio mempunya kemiripan tampilan di hidungnya yang sama-sama panjang. Namun kedua tokoh ini jelas berbeda karakter dan ketokohannya. Namun kali ini yang kita bahas adalah tentang Siapa itu Petruk? Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya. Untuk kita ketahui punakawan berarti ”kawan yang menyaksikan” atau pengiring atau bisa juga diterjemahkan kawan di kala susah atau teman semakan seminum. Siapa saja punakawan lainnya? Mereka adalah Ki Semar, Gareng dan Bagong. Lakon Petruk dan punakawan lainnya sendiri tidak disebutkan dalam kitab Mahabarata dari India. Keberadaan tokoh ini dalam dunia pewayangan merupakan gubahan asli masyarakat Jawa. Di Jawa Barat (Tanah Pasundan), tokoh Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau Udel.
Menurut pedalangan, Petruk adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih tanding atau sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Petruk mengalami perubahan pada hidungnya yang memanjang. Sedangkan Gareng tampilan hidungnya menjadi besar dan membulat. Perkelahian ini kemudian dipisahkan oleh Smarasanta (Semar) dan Bagong yang mengiringi Batara Ismaya. Mereka diberi petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya menyerahkan diri dan berguru kepada Smara (Semar) dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Demikianlah peristiwa tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama. Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian berganti nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukodadi menjadi Gareng. Petruk dan punakawan yang lain (Ki Semar, Gareng dan Bagong) selalu hidup di dalam suasana kerukunan sebagai satu keluarga. Bila tidak ada kepentingan yang istimewa, mereka tidak pernah berpisah satu sama lain.
Oleh karena Petruk merupakan tokoh pelawak atau dagelan dari tanah Jawa. Kemudian oleh seorang dalang digubah suatu lakon khusus yang penuh dengan lelucon-lelucon dan kemudian diikuti dalang-dalang lainnya, sehingga terdapat banyak sekali lakon-lakon yang menceritakan kisah-kisah Petruk yang menggelikan, contohnya lakon Pétruk Ilang Pethèlé ("Petruk kehilangan kapaknya"), Petruk terdapat dari kata "FAT RUK" yang artinya tinggalkanlah, kata fatruk sendiri diambil dari bahasa Arab yang artinya tinggalkanlah segala yang dilarang Allah SWT, nama ini memang diambil oleh pujangga Jawa dan sunan kalijaga, sebenarnya punakawan dulu diciptakan asli oleh sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam, dan Bathara-bathari (dewa dan dewi) disini hanya dihormati saja seperti menghormati orang tua bukan disembah itulah keistimewaan wayang Jawa. Dalam sejarah Islam, wayang jawa adalah media Islam dan itulah peran punakawan yaitu penyebar agama Islam dan dalam pewayangan juga menjadi abdinya Pandawa.
Dalam kisah Ambangan Candi Spataharga (Saptaraga), Dewi Mustakaweni, putri dari negara Imantaka, berhasil mencuri pusaka Jamus Kalimasada dengan jalan menyamar sebagai kerabat Pandawa (Gatotkaca), sehingga dengan mudah ia dapat membawa lari pusaka tersebut. Kalimasada kemudian menjadi rebutan antara kedua negara itu. Di dalam kekeruhan dan kekacauan yang timbul tersebut, Petruk mengambil kesempatan menyembunyikan Kalimasada, sehingga karena kekuatan dan pengaruhnya yang ampuh, Petruk dapat menjadi raja menduduki singgasana Kerajaan Lojitengara dan bergelar Prabu Welgeduwelbeh. Lakon ini terkenal dengan judul Petruk Dadi Ratu (Petruk Menjadi Raja). Prabu Welgeduwelbeh/Petruk dengan kesaktiannya dapat membuka rahasia Prabu Pandupragola, raja negara Tracanggribig, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri, yaitu Nala Gareng. Dan sebaliknya Bagonglah yang menurunkan Prabu Welgeduwelbeh dari tahta kerajaan Lojitengara dan terbongkar rahasianya menjadi Petruk kembali. Kalimasada kemudian dikembalikan kepada pemilik aslinya, Prabu Puntadewa.
Berikut penggalan cerita Petruk jadi Raja :
Pada suatu waktu Pandawa kehilangan jimat Kalimasada. kehilangan jimat ini artinya Pandawa lumpuh karena hilang kebijaksanaan dan kemakmuran, keangkaramurkaan timbul dimana-mana. Jimat ini dicuri oleh Dewi Mustakaweni, putri dari negara Imantaka. Mengetahui hal itu Bambang Irawan (anak Arjuna dengan Ulupi putri Korawya dari bangsa naga) dan Bambang Priyambodo (anak Arjuna dengan Endang Priyastuti anak seorang Begawan) dengan disertai Petruk berusaha merebut jimat tersebut dari tangan Mustakaweni. Akhirnya jimat tersebut berhasil direbut dan dititipkan kepada Petruk.
Sementara itu ternyata Adipati Karna juga berhasrat memiliki jimat tersebut. petruk ditusuk dengan keris pusaka yang ampuh yaitu Kyai Jalak, Petrukpun mati seketika. Atas kesaktian ayahnya (Gandarwa) Petruk dihidupkan lagi. Kemudian ayahnya tersebut ingin menolong Petruk dengan berubah wujud menjadi Duryudana. ketika Karna bertemu Duryudana jimat kalimasada diserahkan kepadanya. Betapa terkejutnya Karna mengetahui telah diperdaya oleh Gandarwa. Akhirnya jimat tersebut oleh Gandarwa diserahkan kembali kepada Petruk, dan dia menasehati kalau menghadapi musuh Petruk harus hati-hati dan jimat tersebut diminta untuk diletakkan di atas kepalanya. Ternyata setelah jimat tersebut diterapkan sesuai anjuran ayahnya Petruk menjadi sangat sakti, tidak mempan senjata apapun. Karna pun dapat dikalahkannya. Tak terasa akhirnya Petruk terpisah dengan tuannya Bambang Irawan. Petruk pun mengembara, semua negara ditakhlukkannya termasuk negara Ngrancang Kencana. Petruk menjadi raja di sana dan bergelar Prabu Wel Keduwelbeh. Sedangkan raja yang asli menjadi bawahannya. Begitulah ketika Punakawan kalau sudah mengeluarkan kesaktiannya tidak ada manusiapun yang dapat menandinginya.
Ketika akan mewisuda dirinya, semua raja negara bawahan yang ditaklukkannya hadir termasuk Astina. Yang belum hanya Pandawa, Dwarawati, dan Mandura. Semula ketiga raja negara tersebut tidak mau hadir, tetapi setelah Pandawa dan Mandura dikalahkan akhirnya Raja Dwarawati (Prabu Kresna) menyerahkan hal ini kepada Semar. Oleh Semar Gareng dan Bagong diajukan sebagai wakil dari Dwarawati. Terjadilah peperangan yang sangat ramai antara Prabu Wel Keduwelbeh dengan Gareng dan Bagong, peperangan tidak segera berakhir karena belum ada yang menang dan belum ada yang kalah, sampai ketiganya berkeringat. Gareng dan Bagong akhirnya bisa mengenali bau keringat saudaranya Petruk dan yakin bahwa orang yang mengajak bertarung itu sesungguhnya adalah Petruk, maka mereka tidak lagi bertarung kesaktian tetapi malah diajak bercanda, berjoged bersama, dengan berbagai lagu dan tari. Wel Geduwelbeh merasa dirinya kembali ke habitatnya, lupa bahwa dia memakai pakaian kerajaan. Setelah ingat …. ia segera lari meninggalkan Gareng dan Bagong. Wel Geduwlbeh terus dikejar oleh Gareng dan Bagong. Setelah tertangkap, sang prabu dipeluk dan digelitik oleh Bagong sampai Petruk kembali ke wujud aslinya.
Setelah terbuka semua Petruk ditanya oleh Kresna mengapa ia bertindak seperti itu. ia beralasan bahwa tindakan itu untuk mengingatkan tuannya bahwa segala perilaku harus diperhitungkan terlebih dahulu. Contohnya saat membangun candi Sapta Arga, kerajaan ditinggal kosong sehingga kehilangan jimat Kalimasada. Bambang Irawan jangan mudah percaya kepada siapa saja. Kalau diberi tugas sampai tuntas jangan dititipkan kepada siapapun. Setelah menjadi raja jangan sombong dan meremehkan rakyat kecil, karena rakyat kecil kalau sudah marah/ memberontak pimpinan bisa berantakan. Dengan cara inilah Petruk ingin menyadarkan tuannya, karena kalau secara terang-terangan pasti tidak dipercaya bahkan mungkin dimarahi.
Bagaimana pun Petruk merasa bersalah, kemudian ia minta maaf. Pandawa pun akhirnya memaafkan Petruk dan dengan senang hati menerima nasihat Petruk. Inti pendidikan budi pekerti yang bisa diambil dari cerita Petruk jadi raja tadi adalah :
Berikut penggalan cerita Petruk jadi Raja :
Pada suatu waktu Pandawa kehilangan jimat Kalimasada. kehilangan jimat ini artinya Pandawa lumpuh karena hilang kebijaksanaan dan kemakmuran, keangkaramurkaan timbul dimana-mana. Jimat ini dicuri oleh Dewi Mustakaweni, putri dari negara Imantaka. Mengetahui hal itu Bambang Irawan (anak Arjuna dengan Ulupi putri Korawya dari bangsa naga) dan Bambang Priyambodo (anak Arjuna dengan Endang Priyastuti anak seorang Begawan) dengan disertai Petruk berusaha merebut jimat tersebut dari tangan Mustakaweni. Akhirnya jimat tersebut berhasil direbut dan dititipkan kepada Petruk.
Sementara itu ternyata Adipati Karna juga berhasrat memiliki jimat tersebut. petruk ditusuk dengan keris pusaka yang ampuh yaitu Kyai Jalak, Petrukpun mati seketika. Atas kesaktian ayahnya (Gandarwa) Petruk dihidupkan lagi. Kemudian ayahnya tersebut ingin menolong Petruk dengan berubah wujud menjadi Duryudana. ketika Karna bertemu Duryudana jimat kalimasada diserahkan kepadanya. Betapa terkejutnya Karna mengetahui telah diperdaya oleh Gandarwa. Akhirnya jimat tersebut oleh Gandarwa diserahkan kembali kepada Petruk, dan dia menasehati kalau menghadapi musuh Petruk harus hati-hati dan jimat tersebut diminta untuk diletakkan di atas kepalanya. Ternyata setelah jimat tersebut diterapkan sesuai anjuran ayahnya Petruk menjadi sangat sakti, tidak mempan senjata apapun. Karna pun dapat dikalahkannya. Tak terasa akhirnya Petruk terpisah dengan tuannya Bambang Irawan. Petruk pun mengembara, semua negara ditakhlukkannya termasuk negara Ngrancang Kencana. Petruk menjadi raja di sana dan bergelar Prabu Wel Keduwelbeh. Sedangkan raja yang asli menjadi bawahannya. Begitulah ketika Punakawan kalau sudah mengeluarkan kesaktiannya tidak ada manusiapun yang dapat menandinginya.
Ketika akan mewisuda dirinya, semua raja negara bawahan yang ditaklukkannya hadir termasuk Astina. Yang belum hanya Pandawa, Dwarawati, dan Mandura. Semula ketiga raja negara tersebut tidak mau hadir, tetapi setelah Pandawa dan Mandura dikalahkan akhirnya Raja Dwarawati (Prabu Kresna) menyerahkan hal ini kepada Semar. Oleh Semar Gareng dan Bagong diajukan sebagai wakil dari Dwarawati. Terjadilah peperangan yang sangat ramai antara Prabu Wel Keduwelbeh dengan Gareng dan Bagong, peperangan tidak segera berakhir karena belum ada yang menang dan belum ada yang kalah, sampai ketiganya berkeringat. Gareng dan Bagong akhirnya bisa mengenali bau keringat saudaranya Petruk dan yakin bahwa orang yang mengajak bertarung itu sesungguhnya adalah Petruk, maka mereka tidak lagi bertarung kesaktian tetapi malah diajak bercanda, berjoged bersama, dengan berbagai lagu dan tari. Wel Geduwelbeh merasa dirinya kembali ke habitatnya, lupa bahwa dia memakai pakaian kerajaan. Setelah ingat …. ia segera lari meninggalkan Gareng dan Bagong. Wel Geduwlbeh terus dikejar oleh Gareng dan Bagong. Setelah tertangkap, sang prabu dipeluk dan digelitik oleh Bagong sampai Petruk kembali ke wujud aslinya.
Setelah terbuka semua Petruk ditanya oleh Kresna mengapa ia bertindak seperti itu. ia beralasan bahwa tindakan itu untuk mengingatkan tuannya bahwa segala perilaku harus diperhitungkan terlebih dahulu. Contohnya saat membangun candi Sapta Arga, kerajaan ditinggal kosong sehingga kehilangan jimat Kalimasada. Bambang Irawan jangan mudah percaya kepada siapa saja. Kalau diberi tugas sampai tuntas jangan dititipkan kepada siapapun. Setelah menjadi raja jangan sombong dan meremehkan rakyat kecil, karena rakyat kecil kalau sudah marah/ memberontak pimpinan bisa berantakan. Dengan cara inilah Petruk ingin menyadarkan tuannya, karena kalau secara terang-terangan pasti tidak dipercaya bahkan mungkin dimarahi.
Bagaimana pun Petruk merasa bersalah, kemudian ia minta maaf. Pandawa pun akhirnya memaafkan Petruk dan dengan senang hati menerima nasihat Petruk. Inti pendidikan budi pekerti yang bisa diambil dari cerita Petruk jadi raja tadi adalah :
- Budi dan watak tidak dapat diukur dari penampilan atau fisik seseorang, tetapi dengan sikap dan perilaku nyata.
- Bawahan harus setia pada atasan.
- Mengerjakan tugas hingga tuntas dan diusahakan berhasil dengan baik.
- Jangan merebut hak dan milik orang lain.
- Semua tindakan harus dengan penuh perhitungan, jangan ceroboh dan tergesa-gesa mengambil keputusan.
- Milikilah watak momong (bisa mengasuh), momot (menjadi tempat curahan hati dan menjaga kerahasiannya), momor (menerima kritik), mursid (pintar sebagai abdi), dan murakabi (bermanfaat bagi sesama).
- Kalau sudah mulia jangan terlena.
- Kalau salah harus berani mengakui dan meminta maaf.
Kisah Petruk dan kawan-kawannya ini juga direpresentasikan dalam bentuk cerita komik. Pada tahun 1960-an, di Indonesia pernah diterbitkan dagelan versi komik dari tokoh punakawan ini. Komik tersebut berjudul Petruk dan Gareng. Sebenarnya bukan hanya satu komikus yang pernah membuat komik ini, namun Indri Soedono adalah komikus yang disebut mengawalinya. Indri Soedono adalah komikus yang paling produktif membuat komik Petruk dan Gareng ini pada tahun 1960-an hingga tahun 1970-an, karya-karyanya banyak diterbitkan oleh CV Loka Tjipta Semarang. Komikus lain yang mengikutinya adalah Oerip, Rini A.S., Leo, Sopoiki, Tjepi, Ricky N.S., dan Tatang S.
Di antara para komikus yang pernah menggarap Petruk dan Gareng, Tatang S adalah salah satu komikus yang paling tenar membuat komik Petruk dan Gareng karena dia yang masih tetap bertahan membuat komik ini meski pada tahun 1980-an dunia perkomikan di Indonesia mulai meredup. Dia membuat komik Petruk dan Gareng dengan format sederhana dan mendistribusikan langsung ke sekolah-sekolah dasar melalui penjual mainan anak-anak. Komik dengan format sederhana tersebut kebanyakan diterbitkan Gultom Agency. Komik Petruk dan Gareng yang pernah digarap oleh para komikus Indonesia ini berbeda dengan kisah pewayangan aslinya, setting dari komik ini lebih modern. Mulai masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan, lengkap dengan atribut-atribut masa kini yaitu sepeda motor dan mobil.
Tangkapan Layar dari Youtube
Pada tahun 1980an, tokoh petruk dan kawan-kawan ini juga pernah disiarkan di TV nasional dengan judul acara Ria Jenaka. Ria Jenaka adalah acara televisi yang pernah disiarkan oleh TVRI setiap hari Minggu pagi. Menghadirkan tokoh-tokoh punakawan Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong yang diperankan antara lain oleh Ateng (sebagai Bagong), Slamet Harto (sebagai Gareng - sebelumnya diperankan oleh Suroso), Sampan Hismanto-seorang penata tari (sebagai Semar), dan Iskak (sebagai Petruk). Acara ini biasanya memiliki cerita yang singkat dan padat pesan sosial. Dalam beberapa episode-nya beberapa tokoh ditambahkan sebagai pelengkap yaitu Mono (diperankan oleh Teten Ahmad) dan Sup Yusup.
Acara ini diprakarsai oleh Bpk Drs. H. Subrata, saat itu salah seorang direktur TVRI, agar program-program pemerintah dapat disosialisasikan dengan baik. Adapun memilih performer punakawan karena mengingat sifatnya yang dekat dengan masyarakat.
Kemudian pada tahun 2011, pertama kali dagelan Petruk dan Gareng versi komik ini dibuat filmnya. Film tersebut berjudul Gareng dan Petruk dalam kisah Super - Horror the Movie. Film berdurasi 27 menit ini diputar pertama kali di Bioskop 21 Dieng Plasa Kota Malang. Film komedi ini dibuat oleh Padepokan Film Malang, salah satu komunitas film di Kota Malang bekerjasama dengan Radio MFM dan Indosat.
Demikianlah postingan kali ini. Jangan lupa support kami dengan cara Follow atau Ikuti blog ini, semoga bermanfaat. :)
Sumber : id.wikipedia.org, dreamstime.com, ahmadsofwan25.blogspot.com
Artikel Terkait
Si Unyil adalah sebuah boneka wayang yang mewakili ciri khas anak Indonesia, diciptakan oleh Drs, Suyadi (Pak Raden). Tampilannya yang sederhana dengan setelan baju koko, sarung, lengkap dengan peci sebagai penutup kepala bener-bener mewakili 'wajah' anak Indonesia.
Cerita Pinokio merupakan cerita dongeng edukatif dari Italia yang mengisahkan petualangan-petualangan Pinokio yang kemudian mengubahnya dari anak yang nakal dan suka berbohong menjadi anak yang baik dan patuh pada orang tua.
Majalah Bobo memiliki icon kelinci lucu dan chubby warna biru berkaos merah dengan tulisan hurup b di bajunya. Dengan rasa riang dan semangat, biasanya yang pertama kami baca adalah cerita bergambar keluarga Bobo.
No comments:
Post a Comment