Friday 17 January 2020

Adab kepada Orang Tua, Guru dan Cara Berpakaian yang Baik

Hai adik-adik,

Ada yang lagi cari tugas Pendidikan Agama Islam tentang adab kepada orang tua, guru dan juga adab berpakaian? Nah bagi kalian yang sedang mencari tugas tersebut kebetulan kali ini kita akan membahasnya di sini. Mari simak artikel di bawah ini.

Adab Kepada Orang Tua, Guru Dan Cara Berpakaian


Adab kepada Orang Tua, Guru dan Cara Berpakaian

A. Adab Kepada Orang Tua

1. Pengertian Adab Kepada Orang Tua
Sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu apa arti “adab” ini. Kata “adab” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti kehalusan, kesopanan, akhlak, atau bisa juga budi pekerti. Lalu siapakah yang dimaksud dengan orang tua itu? Orang tua adalah bapak (laki-laki) beserta ibu (perempuan) yang menjadi perantara adanya diri kita di dunia ini. Seorang ibu (perempuan) tentu saja melahirkan seorang anak, tidak lepas dari peran seorang ayah (laki-laki). Semua manusia tentu dilahirkan melalui perantara keduanya (ayah dan ibu) , kecuali tiga orang. Yaitu, Nabi Adam as., Hawa (istri Nabi Adam as.), serta Nabi Isa as. (dilahirkan tanpa perantara ayah). Tanpa keduanya (ayah dan ibu), tentu saja keberadaan kita tidak akan ada di dunia ini. Demikianlah sunnatullah yang terjadi di alam raya ini.

Dari penjelasan tentang arti “adab” dan “orang tua” di atas, maka pengertian dari adab kepada orang tua adalah berperilaku sopan santun dan baik budi pekerti kepada orang tua. Baik itu dalam perkataan ataupun perbuatan kita sehari-hari.

2. Perintah untuk Beradab kepada Orang Tua
Islam sebagai agama yang sempurna tentu saja memiliki aturan-aturan umum tentang bagaimana akhlak atau sikap seorang anak terhadap orang tua nya masing-masing.
Perintah untuk bersikap sopan santun, dan berakhlak mulia terhadap orang tua ini tentu saja banyak kita dapati dalam kitab al-Qur’an ataupun hadits. Diantaranya adalah sebagai berikut ini:
a. QS. an-Nisaa’ (4): 36

Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tuamu (ibu – bapak), …. ” (QS. an-Nisaa’ : 36)

b. QS. al-Israa’ (17) : 23-24


Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. al-Israa’ (17): 23-24)

c. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud


Artinya:
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a. dia berkata: “ Aku berkata kepada Nabiyyullah saw.: “Amal apa saja yang bisa mendekatkan kepada surga?”. Beliau menjawab: “Shalat tepat pada waktunya”, “Kemudian apa lagi ?”. Beliau menjawab: “ Berbakti kepada orang tua”, Kemudian aku bertanya “Dan apa lagi Nabiyyullah saw.?”. Beliau menjawab: “Jihad di dalan Allah swt.” (Hadits Riwayat Muslim)

3. Macam – Macam Adab kepada Orang Tua
Jika melihat firman Allah swt. dalam surat al-Israa’ (17) ayat 13 dan 14 di atas, ada berbagai macam bentuk bagaimana adab seorang anak kepada orang tuanya. Antara lain adalah sebagai berikut:
  • Dilarang untuk berkata “ah” atau “cis” kepada kedua orang tua kita masing-masing.
  • Larangan untuk berkata kasar atau membentak kepada kedua orang tua
  • Ketika berbicara kepada orang tua hendaklah dengan perkataan yang sopan dan santun dan lemah lembut
  • Merendahkan diri di hadapan orang tua (ibu-bapak) dengan landasan sifat kasih dan sayang.
  • Senantiasa mendoakan kedua orang tua. Sebagaimana berikut ini: “Wahai Rabb-ku, kasihanilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah menyayangiku dan mendidikku semenjak aku masih kecil”
  • Belajar dengan giat dan tekun untuk mendapatkan ilmu dan prestasi yang bermanfaat dan gemilang

4. Menyimulasikan atau Mengamalkan Adab Kepada Orang Tua
Menyimulasikan atau melatih teori mengenai adab kepada orang tua ini dapat kita praktekkan di rumah dan sekolah kita sendiri. Mempraktekkan adab kepada orang tua ini ketika sedang berada di sekolahan dapat dilakukan dengan cara:
  • Menjaga nama baik diri kita, dengan menjadi siswa yang baik, tekun dan giat belajar, patuh pada peraturan sekolah. Hal ini sangatlah diperlukan, karena baik buruknya kita menjadi siswa di sekolahan, kita juga membawa-bawa nama baik orang tua kita.
  • Berusaha terus menerus (istiqomah) dalam menjaga nama baik diri sendiri dan orang tua. Diantaranya dengan meninggalkan segala sesuatu yang buruk dan tindakan negatif, yang dapat mencemarkan nama baik diri dan orang tua kita.
  • Mengerjakan dengan baik tugas sekolah yang diberikan kepada diri kita dengan kemampuan yang maksimal.
  • Berdisiplin dalam berbagai hal sehingga menciptakan situasi dan kondisi yang positif, baik ketika ada di ruah maupun dalam lingkungan sekolah.

5. Menghayati Adab kepada Orang Tua
Menghayati mempunyai arti mengalami (secara tidak langsung) dan merasakan atau menjiwai sebuah peristiwa atau pun perbuatan yang sedang dilakukan. Menghayati ini tentunya bisa dilakukan sendiri oleh pelakunya secara langsung. Dari sinilah kita perlu berusaha semaksimal-nya untuk memiliki adab kepada orang tua kita.
Ketika berada di lingkungan sekolah, maka berusaha menjadi siswa yang baik dan berdisiplin dalam mengerjakan tugas. Tentu saja itu masuk dalam kategori pengamalan dari QS. al-Israa’ (17) ayat 13 dan 14 di atas. Sama halnya ketika seorang anak berada di rumahnya..
Seorang anak yang memiliki adab kepada kedua orang tua nya, tentu saja dapat merasakan beberapa hal berikut ini:
  • Mendapatkan ridha dari kedua orang tua nya, karena dengan beradab kepada mereka berdua, hati mereka bisa menjadi bahagia dan lega.
  • Memperoleh ridhanya Allah swt. Ini sebagaimana terdapat pada sebuah hadits Nabi saw. yang berbunyi: “ Ridhanya Allah terletak pada ridhanya kedua orang tua”
  • Dengan adanya sebuah penghayatan, bisa mendekatkan hubungan batin antara anak dan orang tua, dan menentramkan hubungan keduanya.
  • Mendapatkan doa dan dukungan yang positif dari kedua orang tua yang senantiasa mengerjakannya dengan tulus dan ikhlas sehari-harinya.

B. Adab Kepada Guru

1. Pengertian Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “guru” ini mempunyai arti “orang yang mempunyai pekerjaan mengajar”. Mengajar di sini maksudnya melatih, mendidik, dan memberikan suatu pelajaran tertentu. Misalnya saja orang yang memberikan pelajaran, latihan, mata pelajaran matematika, maka orang tersebut mempunyai status guru matematika.
Begitu pula dengan orang-orang lain baik di sekolahan, yayasan, lembaga, dan lain sebagainya yang bertugas memberikan pelajaran-pelajaran tertentu lainnya, sesuai dengan bidangnya masing-masing. Maka orang tersebut juga disebut dengan guru. Misalnya saja guru IPA, guru IPS, guru agama , dan lain sebagainya.
Dengan memahami arti guru di atas, maka sesama teman pun bisa menjadi guru kepada teman yang lainnya. Selama teman tersebut mampu menguasai materi yang menjadi favoritnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang tua yang pandai dan cakap tentu menjadi guru bagi mereka yang masih muda.
Tetapi, dalam perkembangan zaman atau pun ilmu pengetahuan yang baru ( komputer misalnya) . Generasi muda tentu saja lebih menguasai dan terampil, dan bisa menjadi guru dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang baru tersebut kepada mereka yang umurnya lebih tua.
Meskipun tidak memandang umur baik muda atau pun tua. Menjadi seorang guru haruslah mengetahui dan mendalami ilmu yang diajarkannya. Selain itu, juga harus mampu mendidik, melatih, juga harus mampu memberikan contoh yang baik bagi siapa saja yang ada di sekitarnya, khususnya kepada para siswa-siswanya. Karena guru tidak lain adalah orang tua kita ketika kita berada di sekolahan.

2. Adab Kepada Guru
Murid sebagai anak yang sedang bersekolah atau belajar. Tentu sangat membutuhkan peran guru. Guru sangatlah besar jasa dan pengorbanan-nya, oleh karena itu sudah sepantasnya jika guru mempunyai sebutan yang kita kenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Dari sinilah seorang murid atau pun siswa, harus mempunyai adab atau tatakrama yang baik kepada gurunya.
Ketika murid atau siswa sadar akan adab kepada gurunya, tentu harus diberlakukan kepada semua guru. Artinya, baik guru-guru itu masih aktif mengajar atau guru-gurunya yang sudah pensiun karena faktor usia. Juga terhadap guru-gurunya terdahulu atau guru-gurunya saat ini.
 Adab kepada guru ini antara lain, yaitu:
  • Mematuhi dan mentaati perintah-perintah guru yang baik dan benar, secara tulus dan ikhlas. Tentunya ini untuk kebaikan murid itu sendiri.
  • Hormat dan santun kepada guru, baik perkataan dan perbuatan.
  • Berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, sehingga tidak mengecewakan hati guru.
  • Menjaga nama baik guru, baik di lingkungan sekolah ataupun ketika sedang berada di rumah.
  • Memperhatikan dengan baik dan benar materi ataupun pelajaran yang disampaikan oleh guru.
  • Murah senyum terhadap guru dengan bermaksud untuk menghormati.
  • Ketika berpapasan, berusaha untuk menyapa gurunya terlebih dahulu (sebelum disapa oleh gurunya)
3. Menyimulasikan atau Mengamalkan Adab Kepada Guru
Menyimulasikan atau mengamalkan adab kepada guru ini tidak hanya di sekolah saja, tetapi juga harus dilakukan pula ketika kita sedang berada luar sekolah. Adapun simulasi dari adab kepada guru ini antara lain adalah sebagai berikut:
  • Pada suatu hari ketika Hasan siswa kelas 8 pulang ke rumah membonceng saudaranya, tiba-tiba di jalan ia melihat guru matematika-nya menuntun kendaraannya karena bocor. Kemudian ia meminta kepada saudaranya untuk berhenti sebentar. Kemudian Hasan pun turun, dan menyuruh saudaranya untuk pulang lebih dahulu, karena jarak rumahnya sudah tidak terlalu jauh lagi. Setelah itu Hasan pun menyapa guru Matematika-nya tersebut dan meminta kendaraan gurunya untuk dituntun sampai tempat tambal ban terdekat.
  • Suatu saat ketika guru bahasa Indonesia sedang menuliskan materi di papan tulis, spidol yang digunakan untuk menulis di papan tulis tintanya habis. Guru tersebut meminta salah seorang siswanya untuk mengambilkan spidol yang ada di ruang guru. Lalu dengan cekatan Ratih pun meminta izin untuk mengambilnya. Ratih pun diberikan izin guru bahasa Indonesia nya untuk mengambilkan spidol tersebut.
  • Fahmi adalah salah satu mahasiswa di perguruan tinggi ternama. Suatu saat ketika ia pergi ke salah satu tempat pariwisata, Fahmi bertemu dengan salah seorang guru SMP yang telah mengajarnya dulu. Fahmi pun mendekati gurunya tersebut, dan memberikan salam dan menjabat tangannya dengan penuh sikap hormat
4. Menghayati Adab Kepada Guru
Menghayati adab kepada guru tidaklah jauh berbeda dengan menghayati adab kepada orang tua yang telah dijelaskan lebih dahulu di atas. Menghayati adab kepada guru ini sangatlah penting, karena ketika kita tidak menghayati adab kepada guru, tentu akan terjadi hal-hal negatif yang sangat bertolak belakang dengan sopan santun kita terhadap mereka para guru-guru kita
Ketika kita sebagai murid mampu menghayati adab kepada guru, setidak-tidaknya kita bisa merasakan beberapa hal berikut ini:
  • Adanya hubungan batin yang dekat antara murid dan guru
  • Dengan kedekatan hubungan batin ini akan memberikan kemudahan dalam menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru kepada muridnya
  • Membuat hati kita menjadi senang dan bahagia akan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
  • Tujuan pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan

C. Adab Berpakaian
Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi dua bentuk :
1. Pakaian untuk menutupi aurat tubuh yang dalam perkembangannya telah melahirkan kebudayaan bersahaja. Hal ini sebagai realisasi dari perintah Allah, aurat wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan dua telapan tangan, sedangkan aurat pria menutup aurat di bawah lutut dan di atas pusar. Batasan yang telah ditetapkan Allah ini melahirkan kebudayaan yang sopan dan enak dipandang serta menciptakan rasa aman dan tenang, sebab telah memenuhi kewajaran. Bepakaian menutup aurat juga menjadi bagian integral dalam menjalankan ibadah, terutama shalat, haji dan umrah. Oleh sebab itu setiap orang beriman berkewajiban untuk berpakaian yang menutup aurat.
2. Pakaian merupakan perhiasan yang menunjukkan identitas diri, sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan tuntutan perkembangan mode dan zaman. Dalam kaitan dengan pakaian sebagai perhiasan, maka setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan mengembangkan berbagai mode pakaian, sesuai dengan fungsi dan mementumnya.
Walaupun demikian Allah memberikan batasan kebebasan itu dalam Firman-Nya :


Artinya : Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasanmu. Tetapi pakaian takwa, itu yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (al-A'raf : 26)
Aurat secara bahasa berarti “hal yang jelek untuk dilihat” atau “sesuatu yang memalukan bila dilihat”
Menurut syara’ aurat adalah “bagian tubuh yang diharamkan Allah untuk diperlihatkan kepada orang lain”
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa garis panduan adab berpakaian (untuk lelaki dan wanita) muslim dan muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah dari pusat hingga ke lutut. Aurat wanita ialah seluruh anggota badan, kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Paha itu adalah aurat." (HR.Bukhari)
2. Tidak tembus pandang dan tidak ketat. Pakaian yang tembus pandang dan ketat tidak memenuhi syarat menutup aurat. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan untuk memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium dari jarak yang jauh." (HR.Muslim).
3. Tidak menimbulkan sifat riya. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa yang mengenakan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah Swt. tidak akan memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (HR.Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
4. Wanita tidak menyerupai laki-laki dan laki-laki tidak menyerupai wanita. Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah Saw. mengingatkan hal ini dengan tegas dalam sabdanya : "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Baginda Nabi Saw. juga bersabda : "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (HR. Abu Daud dan Al-Hakim).
5. Menutup tubuh bagian atas dengan tudung kepala (jilbab). Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu untuk menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman :


Artinya : Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Ahzab:59). Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, wajah dan dada.
6. Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih karena warna-warna seperti itu kelihatan bersih dan sangat disenangi serta sering menjadi pilihan Rasulullah Saw. Beliau bersabda : "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).
7. Laki-laki dilarang memakai emas dan sutera. Ini termasuk salah satu etika berpakaian di dalam Islam. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita, namun hari ini banyak di antara laki-laki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang memakai anting, cincin dan gelang emas. Semua ini sangat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda : "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita”. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (HR.Muttafaq
8. Dahulukan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan dari Saidatina Aisyah : "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai baju, berjalan kaki dan bersuci". Apabila memakai baju atau seumpamanya, dahulukan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, dahulukan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda : "Apabila seseorang memakai baju, dahulukanlah sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, dahulukanlah sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai baju dan yang terakhir menanggalkannya." (HR. Muslim).
9. Memakai pakaian baru. Apabila memakai pakaian yang baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang artinya : "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
10. Berdo’a. Ketika menanggalkan pakaian, lafaz-kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia."

Sebagai seorang muslim, sewajarnya memakai pakaian yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan agama Islam itu sendiri, karena sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cerminan kepribadian seorang Muslim yang sebenarnya.
Suruhan memakai pakaian tidak hanya berfungsi sebagai berhias untuk keindahan, namun juga untuk menjaga kesehatan kulit, karena kulit berfungsi melindungi fisik dari kerusakan-kerusakan, kumat, panas, zat kimia dan sinar ultra violet yang dapat menyebabkan kulit terbakar serta penyakit kanker kulit. Dengan berpakaian yang baik, kesehatan akan terpelihara dan suhu tubuh akan selalu normal.
Sementara dari segi syara’ di samping berhias untuk keindahan penampilan, pakaian juga sebagai aplikasi dari perintah Allah untuk menutup aurat dan bernilai ibadah. Oleh sebab itu pemilihan bahan dan mode pakaian, selain indah  dan bersih haruslah sesuai dengan ketentuan agama,  sebagaimana Firman Allah :


Artinya : Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berlebih- lebihan. (Al’araf:31)

Bagi yang memerlukan file MS. Wordnya, silahkan download di sini Adab kepada Orang Tua, Guru dan Cara Berpakaian.

Demikanlah adik-adik, semoga bermanfaat. Jangan lupa support kami dengan cara Follow atau Ikuti blog ini, terima kasih. :)


Artikel Pilihan











Video Pilihan


 

 


Semoga bermanfaat, jangan lupa support kami dengan cara Follow atau Ikuti blog ini.
Terima kasih :)

No comments:

Post a Comment